" Mari bersama-sama memberikan konten yang positif bagi Indonesia "

EPISTEMOLOGI FILSAFAT

Berbicara tentang Epistemologi
tidak akan terlepas dari
pertanyaan – pertanyaan yang
bersangkutan tentang
pengetahuan. Dalam pembahasan
filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat.
Dimana ada dua komponen pokok
lain yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu
yakni Ontologi dan Aksiologi.
Epistemologi merupakan teori pengetahuan yang membahas
tentang bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan dari
objek yang ingin dipikirkan
dengan kata lain bagian filsafat
yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan
sahnya (validitasnya)
pengetahuan. Ontologi (apa yang
dikaji) adalah teori tentang
“ada”, yaitu tentang apa yang
dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran. Sedangkan aksiologi
adalah teori tentang nilai yang
membahas tentang manfaat,
kegunaan maupun fungsi dari
objek yang dipikirkan itu. Oleh
karena itu, ketiga sub sistem ini biasanya d

isebutkan secara
berurutan, mulai dari ontologi,
epistemologi, kemudian aksiologi.
Ini merupakan pengertian
sederhana atau makna dasar
mengenai arti dari epistimologi agar memudahkan dalam
pemahaman tentang sistematika
filsafat. Jika dipahami lebih dalam
epistemologi dapat menyentuh
pembahasan yang amat luas,
yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan
bangunan pengetahuan.
Dalam Epistemologi, pertanyaan
pokoknya adalah “apa yang
dapat diketahui”? Persoalan-
persoalan dalam epistemologi adalah Bagaimana dapat
mengetahui sesuatu, Dari mana
pengetahuan itu dapat diperoleh,
dan bagaimana kesahihannya
atau kebenarannya. Dengan
pengertian epistemologi tentu saja menentukan karakter
pengetahuan, bahkan
menentukan kebenaran macam
apa yang dianggap patut
diterima dan apa yang patut
ditolak. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang
mendalam niscaya mencari
jawaban dan solusi atas
permasalahan-permasalahan
tersebut dan hal-hal yang akan
dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin
menggapai suatu hakikat dan
berupaya mengetahui sesuatu
yang tidak diketahuinya. Proses
untuk memperoleh pengetahuan
inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus
berfungsi mengantarkan
tercapainya tujuan, sebab
sasaran itu merupakan suatu
tahap penrantara yang harus
dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil
tujuan bisa terealisir, sebaliknya
tanpa suatu tujuan, maka
sasaran menjadi tidak terarah
sama sekali. Akan tetapi yang
menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah ingin
memiliki potensi untuk
memperoleh pengetahuan.
Rumusan tersebut menumbuhkan
kesadaran seseorang bahwa
jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh
pengetahuan, tanpa disertai
dengan cara atau bekal untuk
memperoleh pengetahuan, sebab
keadaan memperoleh
pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara
memperoleh pengetahuan
melambangkan sikap dinamis.
Keadaan pertama hanya
berorientasi pada hasil,
sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses.
Seseorang yang mengetahui
prosesnya, tentu akan dapat
mengetahui hasilnya, tetapi
seseorang yang mengetahui
hasilnya, sama sekali tidak mengetahui prosesnya. Proses
menjadi tahu atau proses
pengetahuan inilah yang menjadi
pembuka terhadap pengetahuan,
pemahaman dan pengembangan-
pengembangannya.
Share:

No comments: