Lima ribu tahun yang lalu, Bambang Ekalaya ditolak mentah-mentah
oleh Guru Dorna sebagai murid di kelas memanah. Alasannya sepele.
Bambang Ekalaya bukan seorang keturunan bangsawan. Iya, Bambang hanya
orang kebanyakan.
Tiada pupus
harapan Bambang Ekalaya berguru pada Guru Dorna. Dipahatlah patung
Dorna. Di depan patung itu, setiap hari. Setiap saat. Dengan keras tanpa
mengampuni diri untuk menjadi salah satu pemanah terbaik yang ada di
muka bumi.
Dan siapa yang bersungguh, pasti dia dapat. Bambang berhasil meraih keutamaan dan kemuliaan sebagai pemanah terbaik di muka bumi.
Hari ini, kampus adalah Dorna yang hidup dari pajak rakyat pun selalu mengembik ketika meminta dukungan negara untuk bertahan hidup. Dorna menolak dituduh pencuri pajak, namun nyatanya tetap menjadikan padepokannya sebagai tempat bertemunya pembeli dan pedagang informasi. Rakyat pembayar pajak ditipu berkali-kali. Dorna dibawah naungan pajak negara selalu kembali ke watak aslinya sebagai Dorna antimanusia dan kaum papa serta marjinal.
Dorna tetap Dorna, dari zaman ke zaman selalu menolak Bambang Ekalaya. Namun jangan menyerah untuk mereka yang kemarin ditolak universitas para Dorna. Hidup belum berakhir. Belajarlah sekuatnya di depan patung Dorna yang lebih mulia hari ini bernama: Universitas Torrent Demonoid atau Thepiratebay. Genlib dan Scihub. Monoskop, arg atau Dspace, openculture atau apapun.
Kamu tidak perlu ijazah, gedung tinggi, dan Dorna, kamu hanya butuh komunitas epistemik. Di komunitas epistemik semua adalah guru, murid, apapun adalah teks ilmu. Disitulah sesungguhnya kamu berproses.
Ingat-ingat kebrengsekan para Dorna, Hancurkan nanti di kurusetra yang nyata. Dalam kurusetra yang nyata itu gelar tidak laku, tapi karya, kreativitas, integritas dan ketiadaan menyerah.
oleh : Sigit Budi
Dan siapa yang bersungguh, pasti dia dapat. Bambang berhasil meraih keutamaan dan kemuliaan sebagai pemanah terbaik di muka bumi.
Hari ini, kampus adalah Dorna yang hidup dari pajak rakyat pun selalu mengembik ketika meminta dukungan negara untuk bertahan hidup. Dorna menolak dituduh pencuri pajak, namun nyatanya tetap menjadikan padepokannya sebagai tempat bertemunya pembeli dan pedagang informasi. Rakyat pembayar pajak ditipu berkali-kali. Dorna dibawah naungan pajak negara selalu kembali ke watak aslinya sebagai Dorna antimanusia dan kaum papa serta marjinal.
Dorna tetap Dorna, dari zaman ke zaman selalu menolak Bambang Ekalaya. Namun jangan menyerah untuk mereka yang kemarin ditolak universitas para Dorna. Hidup belum berakhir. Belajarlah sekuatnya di depan patung Dorna yang lebih mulia hari ini bernama: Universitas Torrent Demonoid atau Thepiratebay. Genlib dan Scihub. Monoskop, arg atau Dspace, openculture atau apapun.
Kamu tidak perlu ijazah, gedung tinggi, dan Dorna, kamu hanya butuh komunitas epistemik. Di komunitas epistemik semua adalah guru, murid, apapun adalah teks ilmu. Disitulah sesungguhnya kamu berproses.
Ingat-ingat kebrengsekan para Dorna, Hancurkan nanti di kurusetra yang nyata. Dalam kurusetra yang nyata itu gelar tidak laku, tapi karya, kreativitas, integritas dan ketiadaan menyerah.
oleh : Sigit Budi
2 comments:
wooow
jika kau kemudian menyamakan kampus dengan dorna maka hal tersebut akan menjadi lucu, antara melihat kebutuhan, tunutnan atau kemauan dalam mencari ilmu dan menyikapi berbagai hal terlebih terkait kampus.
Post a Comment