Buang-buang uang tiada hasil intelektual dan tidak merangkul setiap warga negara untuk mendapat pendidikan layak.
Alkisah sudah bertahun berkunjung ke Indonesian Publication Index (IPI) atau Portal Garuda. Selama ini saya mengira, situs untuk mengindeks karya ilmiah ini diinisiasi oleh LIPI atau minimal Kemendikbud atau Kemenristek alias digawangi dan dibiayai oleh negara. Lah Jebule mung LSM yang diinisiasi akademisi kampus swasta, beberapa negeri. Dan kantor pusatnya pun di Bantul. Persis dengan kbbi.web.id yang menurut saya paling canggih dibanding buatan Balai Bahasa, cuman buatan Sleman.
Alkisah sudah bertahun berkunjung ke Indonesian Publication Index (IPI) atau Portal Garuda. Selama ini saya mengira, situs untuk mengindeks karya ilmiah ini diinisiasi oleh LIPI atau minimal Kemendikbud atau Kemenristek alias digawangi dan dibiayai oleh negara. Lah Jebule mung LSM yang diinisiasi akademisi kampus swasta, beberapa negeri. Dan kantor pusatnya pun di Bantul. Persis dengan kbbi.web.id yang menurut saya paling canggih dibanding buatan Balai Bahasa, cuman buatan Sleman.
Dunia intelektual
seperti kampus atau ASN yang nyaman dengan segala hal, dan dana
sertifikasi serta budget pendidikan yang mencapai 20 % APBN itu sudah
hampir 10 tahun. Dan tidak yakin menjadikan negeri ini gagah dalam
produksi jurnal, penemuan ilmiah, paten, dan hal kreatif lain tingkat
dunia. Apalagi dana itu untuk menginklusikan setiap warga negara untuk
bisa sekolah bebas dan tanpa pandangbulu.
Liberalisasinya selalu kebawah. Tumpul ke atas. Liberalisasinya hanya finansial dibebankan dan disasarkan kepada mahasiswa, pelajar yang diperlakukan sebagai konsumen. Liberalisasinya tumpul ke atas alias tidak menyasar reformasi birokrasi alias intelektual kampus atau ASN kementerian kalau tidak punya karya ilmiah atau pengabdian masyarakat dalam setahun ya harusnya tidak boleh mengajar, dalam tiga tahun ga mutu ya harus dipecat. Perkecualian hanya force major seperti musibah cacat permanen. Selebihnya lelang jabatan, biar fair.
Dunia intelektual dengan segala gedung dan fasilitas mewahnya yang yang dibiyai oleh pajak itu ekslusif berkontribusi pada intoleransi dan persoalan sosial lain. Karena sebagai menara gading selian jadi berhala juga congkak, rakus menjadi intellectual with the guns. Pun juga sering dibajak dengan kegiatan antiintelektual dengan menghost atau memberi fasilitas pada tindak non intelektual semacam Zakir Naik.
Sungguh betapa jauh panggang intelektual negeri ini dari api intelektual.
Liberalisasinya selalu kebawah. Tumpul ke atas. Liberalisasinya hanya finansial dibebankan dan disasarkan kepada mahasiswa, pelajar yang diperlakukan sebagai konsumen. Liberalisasinya tumpul ke atas alias tidak menyasar reformasi birokrasi alias intelektual kampus atau ASN kementerian kalau tidak punya karya ilmiah atau pengabdian masyarakat dalam setahun ya harusnya tidak boleh mengajar, dalam tiga tahun ga mutu ya harus dipecat. Perkecualian hanya force major seperti musibah cacat permanen. Selebihnya lelang jabatan, biar fair.
Dunia intelektual dengan segala gedung dan fasilitas mewahnya yang yang dibiyai oleh pajak itu ekslusif berkontribusi pada intoleransi dan persoalan sosial lain. Karena sebagai menara gading selian jadi berhala juga congkak, rakus menjadi intellectual with the guns. Pun juga sering dibajak dengan kegiatan antiintelektual dengan menghost atau memberi fasilitas pada tindak non intelektual semacam Zakir Naik.
Sungguh betapa jauh panggang intelektual negeri ini dari api intelektual.
No comments:
Post a Comment