" Mari bersama-sama memberikan konten yang positif bagi Indonesia "

In NDX, Via Vallen I Trust

Saya tidak pernah takut dengan masa depan. Namun saya takut tentang hari-hari ini. Segalanya membombardir begitu saja dari segala arah. Saya yakin masa depan dan generasinya adalah generasi yang jauh lebih waras dari apa yang kita takutkan hari ini.
Oleh sebab itu, saya sangat yakin bahwa liberalisme dan demokrasi akan menang. Orang tidak hanya akan lebih welas asih dalam kerangka karitas, filantropi, pertukaran namun semua kebaikan dilakukan sebagai kewajiban moral. Bukan dalam kewajiban moral berbasis ide purbawi apalagi agama, semua demi kemanusiaan. Semua kewajiban untuk meraih kesejahteraan, keadilan, pemenuhan kewarganegaraan akan berjalan jauh lebih baik.
Namun semua itu akan berjalan segera dengan mulus. Tapi semua itu ada serangkaian asal. Ide klasiknya tentu akumulasi kapital dikuasai dan dilakukan oleh negara untuk diadministrasi oleh negara dengan sedemikian rupa.
Dan tentu imajinasi moral manusia itu berkemang sepeti tumpukan pasir, tidak akan pernah hancur dan rusak, selalu bisa memperbaiki diri dan menata sedemikian ditengah segala bentuk gempuran kerusakan karena imajinasi diabolik, sisi purbawi manusia.
Demikian kira-kira prediksi ke-Indonesia-an / kosmpolitanisme kita di masa depan. Dan anasir keindoensian itu kalau saya metaforakan seperti dangdut hiphop yang dibawakan NDX aka Familia serta Via Vallen. Dua sosok ini adalah sosok Indonesia masa depan yang kiranya bertahan, memilih, memilah dan menampilkan ulang siapa mereka itu.
Bolehlah orang menuduh reff lagu kebangsaan mereka "Sayang" adalah jiplakan lagu Jepang. Tapi sungguh mereka tidak mencuri, Anton Obama generasi tua (ibarat orang Indonesia lama) lah yang mencuri lagu itu dan menjadi lagu yang sangat buruk di dengar. Sempat melayangkan gugatan hukum, macam Fahmi Shahab mengklaim kopi dangdut lagunya, malah ketahuan dia sesungguhnya generasi yang mencuri.
Lalu datanglah NDX bocah bau kencur bersama PJR menjadikannya lagu dangdut berbahasa Jawa dengan campuran rap hip hop. Dua bocah kencur ini sama sekali tidak mempunyai suara yang enak. Sangat biasa. Namun ditangannya energi kreativitas bergerak melesat menembus ruang-ruang anak muda sebayanya dan melintas generasi.
Tanpa suara keren. Tanpa iringan musik sophisticated mereka menjadi nabi dangdut aliran baru dengan jutaan penggemar baru. Dangdut yang dinyanyikan lebih indah dengan koor penonton ini menyita banyak perhatian melintas batas usia dan suku. Sungguh, jelek bener kalau mereka berdua yang menyanyikan.
Memang karakter danddut adalah komunal. Dinyanyikan oleh siapa saja pas. Tidak seperti lagu pop yang sentris, macam kalau bukan Isyana lagu pop yang tenar oleh Isyana tidak lebih dari cover yang buruk. Di dalam dangdut tidak ada cover. Semua adalah penyanyi asli dengan segala variasi dan versinya. Karena dangdut adalah lagu komunal.
Dari lagu dangdut yang mereka, saya percaya bahwa dangdut seperti keindonesian tidak akan mati cepat begitu saja. Ada terborosan tak terduga yang akan lahir. Dangdut tidak lagi penyayi tunggal yang bersuara keren atau pas-pasan, yang harus dibawakan oleh perempuan yang bernegosiasi dengan pasar patriarkhi yang suka sekali dengan dada montok membelah badai, bokong semburat, celana pendek, dan adegan mirip kenthu. Demikian dua anak bau kencur ini menjadi nabi baru dangdut.
Dan dibawah Via Vallens, perempuan muda yang banyak membawakan lagu NDX aka Familia, dandut jauh lebih bermatabat dan menemukan pasar baru. Tidak perlu negosiasi dengan pasar kapitalisme yang senang menjual murah nalar patriakh pakenton alias nalar kenthu.
Sayang versi Via Vallen
https://www.youtube.com/watch?v=UtjFu8c_goE
Sayang versi NDX
https://www.youtube.com/watch?v=2j3aT84acT4
Ultimate bitch (k*mc*l kepolen ) versi Via Vallen
https://www.youtube.com/watch?v=S1AYujZOQzk
Ultimate bitch (k*mc*l kepolen ) versi NDX
https://www.youtube.com/watch?v=TfcW9PXNWSI
Versi buruk Anton Obama copas Kiroro Mirae
https://www.youtube.com/watch?v=wl9PH910EIc
Akhirul kalam, tidak ada yang asli atau murni dalam Indonesia/ sebuah bangsa. Semua adalah proses interaksi, persilangan, migrasi dsb.
#edisijancuknangingserius
Share:

No comments: